Di suatu kesempatan yang baik, saya dan beberapa rekan blogger mengikuti media gathering yang digawangi oleh NLR Indonesia dan juga KBR. Ada pun tema yang dibahas kali mengenai peran penting media untuk mengedukasi dan memberantas stigma seputar kusta dan disabilitas, sekaligus peluncuran proyek SUKA #SuaraUntukKusta.
Tema ini memang cukup menarik untuk diangkat ke permukaan, mengingat masih banyaknya persepsi negatif seputar penyakit kusta, disabilitas dan diskriminasi yang ada di tengah masyarakat. Maka dari itu, penting sekali saya menyampaikan kembali melalui artikel yang singkat ini. Namun sebelumnya, mari kita mengenal terlebih dulu dua lembaga yang mengadakan media gathering ini.
Acara yang berlangsung selama 2 jam ini menghadirkan narasumber yang berkompeten, sehingga informasi yang disajikan sangat berbobot. Namun materi disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga orang awam seperti saya bisa dengan mudah mencernanya. Berikut nama-nama pengisi acaranya :
- Ibu Citra Dyah Prastuti (Pemimpin Redaksi KBR)
- Ibu dr. Christina Widaningrum, MKes (Technical Advisor Program Lepsory Control, NLR Indonesia)
- Bapak Sasmito Madrim (Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia)
- Bapak Lutfi Anandika (Jurnalis Majalah Diffa), dan
- Bapak Asken Sinaga (Direktur NLR Indonesia)
Mengenal Penyakit Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Pada umumnya, kusta menyerang kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya, kecuali otak. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa mengalami cacat, jika berobat secara dini dan teratur. Satu hal penting yang perlu Anda ketahui adalah bahwa kusta bukanlah penyakit turunan, bukan juga sebuah kutukan atau guna-guna.
Bagaimana Kusta Dapat Menular?
Penyakit kusta dapat menular dari penderita kusta yang tidak segera diobati, lalu kontak dengan orang lainnya dalam jangka waktu yang cukup lama. Penularan biasanya terjadi melalui pernapasan. Namun Anda tidak perlu terlalu khawatir, tidak semua orang dapat tertular penyakit kusta, hanya sebagian kecil saja, yaitu orang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap kusta. Kemungkinan anggota keluarga juga dapat tertular, jika penderita tidak segera diobati, maka seluruh anggota keluarga harus diperiksa.
Gejala Awal Penyakit Kusta
Untuk membedakan kusta dengan penyakit kulit lainnya adalah dengan memperhatikan beberapa gejala awal, seperti terdapat bercak putih mirip seperti panu atau kemerahan pada kulit, mati rasa, tidak gatal dan tidak sakit. Ada dua jenis penyakit kusta, yakni
- Kusta kering (PB : Pausi Basiler), dan
- Kusta basah (MB : Multi Basiler).
Gejala Lebih Lanjut dari Penyakit Kusta
Jika terjadi pembiaran, maka lambat laun kusta bisa berubah menjadi penyakit yang mengerikan bagi penderitanya. Hal ini ditandai dengan munculnya kecacatan pada beberapa anggota tubuh, di antaranya :
- Mata : tidak bisa menutup dengan sempurna, bahkan bisa menyebabkan kebutaan
- Tangan : mati rasa pada telapak tangan, jari-jari kiting, memendek, putus-putus ; lunglai
- Kaki : mati rasa pada telapak kaki, jari-jari kiting, memendek, putus-putus ; semper
Cacat kusta dapat terjadi, karena kuman kusta yang menyerang saraf pada pasien yang terlambat diobati. Maka dari itu, sangat penting untuk segera berobat jika mendapati gejala awal seperti di atas.
Pencegahan Penyakit Kusta
Meski demikian, penyakit kusta masih bisa dicegah dan dapat sembuh seperti sedia kala. Berikut beberapa langkah pencegahan yang wajib Anda ketahui :
- Imunisasi BCG pada bayi mampu membantu mengurangi kemungkinan terkena kusta.
- Segera berobat ke klinik, puskesmas atau rumah sakit jika mengalami kelainan kulit, berupa bercak putih dan mati rasa.
- Cacat kusta dapat dicegah dengan minum obat dan memeriksakan diri ke klinik, puskesmas atau rumah sakit secara rutin dan teratur.
Selain untuk menyembuhkan penderita, biasanya pengobatan yang dilakukan terhadap penderita penyakit kusta juga bertujuan untuk memutuskan mata rantai penularan seta mencegah kecacatan baru atau menjadi lebih parah.
Adapun tingkat keberhasilan dari pengobatan kusta sangat tergantung dari si penderitanya. Jika ingin sembuh total, maka ia harus memeriksakan secara dini, disiplin mengonsumsi obat (harus mematuhi dokter), keluarga dan lingkungan harus mendukung serta keterampilan dari para petugas dalam upaya pencegahan kecacatan.
Masalah Sosial yang Sering Muncul di Tengah Penderita Kusta
Di balik penderitaan penyakit kusta yang diderita seseorang, ada beberapa masalah krusial yang menghampiri. Situasi ini justru membuat si penderita kusta merasa semakin terkucilkan. Pada umumnya, berikut adalah beberapa permasalahan yang sosial yang timbul :
- Bercerai, setelah salah satu pasangan didiagnosis kusta
- Lebih tertarik untuk menikah dengan sesama penderia kusta (terutama bagi penderita kusta yang telah mengalami disabilitas)
- Dikucilkan dari lingkungannya
- Diusir atau dikeluarkan dari sekolah
- Tidak akan kembali lagi kepada keluarganya
- Merasa tidak ada harapan dan bagi yang lemah imannya cenderung mencoba untuk bunuh diri
- Lebih memilih tinggal di penampungan
Peran Media Sangat Penting untuk Memberantas Stigma Kusta dan Disabilitas
Saat mengangkat isu disabilitas, jangan sampai media menggunakan bahasa yang justru malah menyudutkan si penderita kusta itu sendiri. Contohnya penggunaan kata "cacat", yang sebaiknya bisa diganti dengan kata yang lebih tepat, menjadi "penyandang disabilitas". Hal ini kelihatan sepele, akan tetapi memiliki dampak yang cukup signifikan bagi si penderitanya.
Maka dari itu sangat diharapkan peran penting media untuk berkontribusi dalam menyebarluaskan informasi yang benar tentang kusta dan menggunakan kata yang tepat. Media juga harus mampu membangun pengetahuan dan persepsi publik dalam perspektif positif tentang kusta serta berkontribusi dalam pemberantasan stigma dan diskriminasi terhadap kusta (stigma diri dan masyarakat).
Kusta Masih Ada!
Last but not least. Hingga tulisan ini dimuat, penyakit kusta masih saja terus menghantui, bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan pasien kusta terbanyak di dunia. Pun demikian masih banyak stigma dan diskriminasi bagi pengidap kusta.
Pak Asken juga menyatakan jika program SUKA hadir dari rasa keprihatinan yang mendalam melihat situasi saat ini. Tenaga ahli penyakit kusta semakin sedikit jumlahnya, baik untuk tenaga medis maupun konsultan yang menangani psikis pengidap kusta.
Syukurlah kedua anak saya dulu sudah dapat imunisasi BCG. Btw sekarang jarang terdengar ya berita tentang kusta ini. Mungkinkah karena tenggelam oleh berita tentang pandemi? Ah entahlah. Makasih banyak ya, mas Hendra, sudah sharing tentang kusta ini.
ReplyDeleteMungkin karena jarang yang mengangkat informasi update soal kusta dan pastinya tenggelam dengan berita corona di mana-mana. Terima kasih juga sudah berkunjung Mba....
DeleteMengerikan sekali penyakit kusta ini. Waktu kecil aku penah nonton film tentang penderita kusta di TV.Sampai sekarang masih membekas nih ingatan tentang jari tangan dan kakinya yang putus satu per satu gara-gara penyakit kusta.
ReplyDeleteSebelum semakin bertambah parah, maka dari itu harus segera diobati dan ditangani Mba
DeleteSemoga program SUKA tersebut jadi langkah agar banyak yang memahami, dan mengetahui tentang kusta, serta sosialisasi melalui artikel seperti ini pun dapat sekaligus menyediakan agar stigma negatif tidak lagi berkembang
ReplyDeleteSemoga saja artikel ini bisa sedikit membantu mengurangi stigma negatif orang terhadap penyakit kusta
DeleteSelama ini kusta sering dianggap penyakit menular yang berhubungan dengan hal-hal mistik. Ternyata kusta bisa sembuh dan harusnya penderita ditolong.
ReplyDeleteIya sudah semestinya penderita kusta dirangkul dan segera diobat, biar cepat tertangani dengan baik
Deletewah baru tahu kalau penyakit kusta masih ada. Dulu waktu masih kecil pernah melihat bekas penderita, namun sudah sembuh. Beliau kehilangan beberapa ruas jarinya. Semoga angka penderita Kusta di Indonesia semakin kecil dan akhirnya menghilang sama sekali... Amiin...
ReplyDeleteMasih banyak malah Mba. Semoga saja semakin berkurang jumlah penderitanya ya Mba, aaamiiin
DeleteMemang bener mas.. bahkan di Medan saja, di persimpangan jalan besar di tengah kota masih ada penderita kusta yang tidak tertangani yang sedang meminta-minta di sana.
ReplyDeleteOrang-orang pun takut berdekatan karena merasa kusta itu menular dengan cepat . Stigma ini yang harus diubah dengan peran media .termasuk kita pengguna media
Nah ini dia, akibat dikucilkan dan dijauhkan, dia ibarat hidup seorang diri. Padahal seharusnya dirangkul dan segera diobati ya
DeleteJaman dulu ya kusta dikenal sebagai penyakit kutukan padahal bukan & bisa diobati. Ternyata menular ya kusta, & kalau gak dibati busa berbahaya juga
ReplyDeletePenyakit kusta bukanlah penyakit kutukan dan guna-guna, seperti yang ramai diperbincangkan di tengah masyarakat. Penyakit kusta menular, tapi tidak mudah menular, artinya tergantung dari daya tahan tubuh seseorang. Makanya harus segera ditangani dan diobati, biar tidak semakin parah
DeleteDi kampung sebelah, ada yang menderita kusta. Dikucilkan smpai dibikinin rumah pohon. Mungkin biar gak nular ya. Tapi apakah gak tambah buruk untuj psikisnya
ReplyDeleteSecara psikis akan bertambah buruk bagi si penderitanya. Seharusnya dirangkul dan segera diobati.
DeleteIndonesia nomor ketiga penderita kusta, penanganhan sejak dini untuk mencegah penularan mesti selalu disosialisasikan ya
ReplyDeleteBetul itu, harus terus disosialisasikan agar mampu mengurangi tingginya pengidap kusta
DeleteWah ilmu baru lagi nih tentang kesehatan, secara jenis penyakit dengan gejala-gejala yang ditimbulkan mirip seperti yang terjadi dengan orang-orang sekitar. Menarik sekali dengan program yang dipaparkan, semoga semakin banyak media seperti blogger untuk menyampaikan dan tidak ada lagi persepsi negatif seputar pengidap kusta dan tidak ada lagi tindakan diskriminatif terhadap si pengidap kusta.
ReplyDeleteBetul, semoga saja peran penting dari para blogger bisa ikut mengurangi persepsi negatif seputar penyakit kusta.
DeleteTernyata penyakit kusta masih banyak ya di Indonesia, saya pikir sudah semakin menurun. Soalnya di kota tempat tinggalku dulu ada rumah sakit kusta, tapi sekarang malah jadi rumah sakit umum.
ReplyDeleteFaktanya memang masih banyak Pak. Makanya dibutuhkan kontribusi dari banyak pihak untuk mengurangi tingginya pengidap kusta ini.
DeleteDari postingan ini saya jadi tahu kalau kusta tuh ada yang kering, ada yang basah. Kirain kusta, ya kusta aja. Dan oalah..ternyata bisa disembuhkan yaa.. masih banyak nih yang gak tahu kalau kusta bisa disembuhkan.
ReplyDeleteKusta bisa disembuhkan Kak, asalkan disiplin dalam berobat.
Delete